Breaking

logo

Friday, April 4, 2014

Perbaiki Cinta Kita Kepada Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW

Perbaiki Cinta Kita Kepada Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW



Perbaiki Cinta Kita Kepada Allah SWT, dan Nabi Muhammad SAW
Oleh: Syarifudin (Alumni LEDMA Al-Farabi)

Alhmdulilllahirobbil’alamain, segala puji bagi Allah SWT yang memanjangkan usia kita hingga detik ini, yang menggerakkan denyut jantung kita, menggerakkan setiap gerak-gerik bola mata kita hingga menggerakkan-nya pada untaian nasehat ini, menggerakkan hati kita untuk ingin terus meresapinya, serta fikiran kita untuk merenung atasnya, semuanya atas izin Allah swt yang ditanganNya segala kuasa.

Sholawat dan salam senantiasa-lah teruntuk pujaan hati siang dan malang, cahaya kedua mata orang-orang beriman, mutiara dalam hati-sanubari para pencinta-nya, beliau junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang mengajarkan hakekat cinta yang sesungguhnya kepada Allah SWT, sebagai simbol daripada kehidupan sesungguhnya, hingga diriwayatkan oleh sayyidah ‘Aisyah r.a istri beliau tercinta bahwa Rasulullah SAW adalah laksana Alqur’an yang berjalan, subhanallah. Allahumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin wa’ala alihi washohbihi ajma’in.

Dikatakan bahwa Sesungguhnya Allah SWT ta’ala setiap saat mempunyai kehendak terhadap hamba-Nya baik itu jin maupun manusia untuk mengangkat derajat hamba-Nya yang Dia kehendaki atau bahkan menjatuhkan yang Dia kehendaki, begitu pula mendekatkan yang Dia kehendaki atau menjauhkan yang Dia kehendaki, serta mencintai yang Dia kehendaki dan memurkai yang Dia kehendaki. Sehingga tidaklah berlalu siang dan malam kecuali Allah memperlihatkan kepada seluruh penduduk langit tanda kasih sayang dan kecintaan-Nya, dan memperlihatkan tanda kemurkaan-Nya kepada hamba yang dimurkai-Nya, wal’iyadzubillah.

Namun daripada itu, Sungguh besar cinta Allah SWT pada hambanya. Dalam riwayat pula dikatakan bahwa ketika Allah SWT mencintai seorang hamba maka Allah SWT memanggil sayiduna Jibril, Ya Jibril !! Aku cinta kepada hamba-Ku fulan, maka cintailah dia. Wahai Jibril !! Sesungguhnya Aku cinta kepada fulan, maka betapa beruntungnya si fulan ini, dan betapa agung derajat si fulan ini. Tatkala Allah Sang Maha Pengasih mengumumkan pengumuman-Nya, Ya Jibril !!! Sesungguhnya aku cinta kepada fulan, maka cintailah dia. Jibril mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaan kepada si fulan tersebut. Sedangkan ia hanya manusia biasa yang berjalan di muka bumi, Lailaha’illallah beruntungnya kita.

Namun wahai saudaraku, kita lihat sekarang keadaan diri kita disaat Allah ta’ala sangat memperhatikan kita dengan rahmat-Nya siang dan malam. kita lihat hati kita, tingkah laku kita dalam keseharian. Sudahkan kita menjadikan hanya Allah SWT satu-satunya tujuan kita dalam semua niat pada segala hal yang kita lakukan. Buktinya kita slalu me-nomerdua-kan Allah ta’ala, kita lihat kedalam rumah tangga kita, sudahkah keluarga kita berada pada jalan Allah, memerintahkan pada mereka istri-anak kita untuk menutup auratnya dengan benar, kamar mandi kita sudahkan lebih dari dua kullah hingga kita aman dari air yang najis atau tidak suci, cara istri kita mencuci pakaian yang ia cuci, sudahkan benar hingga air yang digunakannya membilas itu tidak najis, sudah ada-kah dalam diri mereka akhlaq sayyidina muhammad SAW, dalam keseharian mereka, tontonan yang mereka tonton sudahkan benar hingga tidak terjebak dalam mode-tren dunia barat, ini adalah tanggung jawab kita yang Allah akan me-nanyai-nya kelak pada hari yang saat tidak ada kebohongan lagi.

Selalu kita beri Allah SWT sisa-sisa daripada tenaga kita, sholat kita dimasjid kalau tidak capek, kalau sempet, kalau kebetulan berada dideket masjid. Itu-pun sisa daripada tenaga kita yang sudah habis kita gunakan untuk bekerja urusan dunia kita. Hingga saat sholat kita gunakan pakaian seadanya, tenaga seadanya, konsentrasi seadanya, semua serba seadanya saja, kita bahkan tidur saat yang lain berdzikir, setelah itu kita cepat-cepat bergegas untuk pergi. Kita demikian terburu-burunya untuk segera mengakhiri sholat, dzikir, dan i’tikaf dimasjid. Padahal orang mukmin dalam masjid itu dikatakan Oleh Rasul SAW adalah ibarat ikan yang berada dalam air, bagaimana ikan dalam air itu tenang, nyaman, tentrem dan begitulah seharusnya kita didalam masjid.

Dihari jum’at yang mulya-pun kita seolah tidak tahu dan entah pura-pura tidak mengerti akan kemulya’annya, padahal itulah hari raya umat islam, hari yang mustajab untuk do’a-do’a namun kita jauh daripada itu hingga kita mnjadikannya hanya kewajiban biasa, kita jauh dari tuntunan Nabi SAW. Datang terlambat, begitupun shoff yang kita pilih adalah yang terbelakang hingga mudah untuk tidur dan enak keluar dan pulang. Baju kita seadanya saja, padahal mereka yang cinta Nabi SAW kata guru kami Habib Muhammad bin Ahmad Alhabsy tidak ada alasan untuk tidak berpakaian putih karena itu yang dilakukan Nabi kita Muhammad SAW terlebih-lebih yang berkhutbah maka dia harus sudah berada pada ajaran Nabi Muhammad SAW.

Siwak yang dicontohkan Nabi SAW tiada pernah kita amalkan, memang ulama’ mengatakan bahwa siwak itu tidak harus menggunakan kayu arak seperti yang dilakukan nabi, tapi mennggunakan kain/ benda kasar-pun juga sudah masuk kategori bersiwak, begitu juga dengan sikat gigi yang biasa kita gunakan. Namun sahabatku yang kucintai, kita tidak akan dapat keutamaan-keutamaan seperti kita menggunakan kayu siwak yang dilakukan Nabi SAW. Karena banyak sekali fadhilah daripada kita menggunakan kayu araq yang dilakukan Nabi kita Muhammad SAW, karena tidaklah satu perkara-pun yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW atas kehendak hawa nafsunya sendiri, melainkan itu adalah wahyu daripada Allah swt. Seperti yang disebutkan didalam Alqur’an: “Tidaklah Nabi Muhammad itu bersabda/ bertindak atas kehendak hawa nafsu-nya melainkan semua itu atas bimbingan wahyu dari Allah SWT”.
Demikian pula yang lain, kita selalu nomer-dua atas kecintaan kepada Allah ta’ala dan RasulNya.

Ketika manusia lahir kemuka bumi, di-ibaratkan seperti kain putih, kertas kosong yang tanpa noda sedikit-pun, suci dari segala sesuatu. Hingga bebaslah untuk orang tua kita menulis apapun yang ia kehendaki atas pribadi bayi tersebut. Hingga perjalanan hidup didunia kita mulai dengan torehan orang tua kita atas kosongnya pribadi kita, maka beruntung mereka yang orang tuanya berlatar belakang –faham agama- terlebih yang dilahirkan dalam keadaan orang tua kita sudah berada dalam agama yang mulya ini, hingga kita-pun berada didalamnya, Alhamdulillah.

Namum saudaraku, banyak yang jauh dari keberuntungan itu, bahkan mereka yang sudah berada didalam anugerah dan nikmat –orang tua dalam keadaan islam- tapi didikan yang diberikan pada kita kurang menjadikan identitas keislaman kita kuat. Padahal hampir semua orang tua mengatakan dulu saat anaknya lahir, kata-kata indah yang keluar dari lisan mulya mereka adalah anak yang sholeh dan sholehah. Tapi pada kenyataannya kita dimulai dengan didikan yang sifatnya umum. Kita lebih dipentingkan untuk menguasai ilmu-umum, yang sifatnya -negeri- padahal hakekatnya sungguh yang tak Nampak itu jauh lebih baik dari yang kita tahu, karena manusia cendrung selalu menjadikan tolak ukur kehidupan ini dengan sesuatu yang Nampak dalam pandangan mata mereka. Kita lihat dulu para sahabat, demikian antusiasnya dalam beribadah kepada Allah SWT, mereka semangat dalam berjuang, berperang ketika terdengar dari lisan suci Rasulullah SAW akan kemenangan yang akan mereka dapatkan nantinya. Begitupula saat mereka dijanjikan syurga, bagi mereka yang berjihad djalan Allah SWT. Kenapa mereka demikian semangatnya ??! padahal hanya mendengar hadist/ berita yang akan mereka raih??! Jawabannya karena pandangan, hati dan fikiran mereka adalah jauuh kedepan. Fikiran mereka adalah kemenangan, syurga Allah, impian mereka adalah ridho-Nya Allah, cinta-cita mereka adalah berkumpul dengan orang yang mereka cintai yakni Rasulullah SAW disyurga-Nya kelak. Inilah yang dinamakan kecerdasan sesungguhnya, karena memprioritaskan sesuatu yang lebih besar yang diridhoi Allah SWT. Subhanallah.

Sementara kita selalu diajarkan untuk memprioritaskan sesuatu yang terlihat, orangtua kita lebih takut kita tidak punya pekerjaan daripada tidak punya iman, orang tua kita lebih takut kita tidak mempunyai gaji daripada tidak punya -kefahaman agama- yang baik dan benar. Bahkan mereka takut dan kawatir ketika nantinya mereka akan meninggalkan kita didunia dengan tanpa warisan harta daripada warisan ilmu. padahal sungguh ilmu itulah yang lebih mulya, yang akan menyelamatkan mereka dialam kubur, yang akan menjadikan mereka bangga diakhirat kelak atas anak-anaknya yang sholeh dan sholehah dan hanya itulah yang menyelamatkan.

Ketika pandangan dan tujuan mereka adalah Allah SWT dan Rasul-Nya, maka orangtua mana yang tidak akan bahagia melihat anaknya mencintai Allah dan kemudian dia dicintai Oleh Allah SWT, orangtua mana yang tak akan bahagia melihat anaknya lebih dulu tahu, mengenal, dan mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya hingga kemudian dikenali dan dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Saudaraku yang ku-cintai karena Allah, kita renungkan kehidupan kita sekarang didunia ini. Bagaimana bisa kita cinta terhadap dunia sementara kita sendiri akan meninggalkan dunia ini dan dunia-pun akan dihancurkan, dan dimusnahkan oleh Allah SWT. kenapa akal kita sudah sedemikian terbalik saat ini, kita lebih mengutamakan ilmu dunia, ketimbang ilmu akhirat. lalu buat apa title (S.Pd M.Pd Ir. Doktor. BA. S.H prof. dan lainnya) yang banyak namun hati tak mengenal Allah SWT, tidak tahu siapa itu Rasulullah SAW. buat apa kaya namun kekayaan itu akan menggelisah-kan karena tak ada Allah dihati kita. Sibuk mencari dunia bahkan sampai lupa atas –ketidak fahamannya- akan ilmu akhirat, lupa akan kebodohannya atas Rabb yang menciptakannya daripada segumpal daging, tidak mengenal siapa Rabb-nya yang melindunginya selama Sembilan bulan dalam perut ibunya, yang saat itu tidak ada perrtolongan lain kecuali dari Sang Maha Lembut _Allah SWT-.

Jangan-jangan kita adalah termasuk mereka yang tidak dicintai Oleh Allah, naudzubillah. Karena diantara tanda cinta Allah pada hambaNya ialah Dia menjadikan hambaNya hamba yang shalih. Karena jika kita dapatkan diri kita menuju keshalihan, meski di titik awal keshalihan, tetapi kita selangkah maju menuju keshalihan itu. Maka itu adalah tanda cinta Allah.

Dalam hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan Oleh Imam Ahmad, Al Hakim dan Al Baihaqi mengatakan “Allah memberikan dunia pada yang Dia cintai dan yang Dia benci . Tetapi Dia tidak memberikan (kesadaran ber) agama, kecuali kepada yang Dia Cintai. Maka barang siapa diberikan (kesadaran ber) agama oleh Allah, berarti ia dicintai olehNya”.

Ketahuilah, bahwa sungguh bukanlah kedudukan, jabatan yang akan membuat manusia dihormati dan dimulyakan oleh sesama manusia lebih-lebiih Allah SWT, karena manusia masih kalah akan kedudukan dan jabatan –fira’un- laknatullah alaih. Bukan-lah pula harta karena manusia masih kalah akan kekayaannya -Qarun- laknatullah ‘alaih. Namun manusia menjadi mulya dan dihormati hanya karena ilmu dan akhlaknya. Hingga itulah tujuan daripada Nabi Besar Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan Akhlaq.

Dalam Hadist Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlaq.“ (HR. Ahmad).

Dijelaskan oleh para Ulama’ bahwa bukan akhlaq itu sendiri yang mulya dan indah yang membalut dan memperbagus keperibadian beliau SAW, akan tapi Akhlaq itu sendiri yang menjadi indah terlihat nan mulya berkat ssayyidina Muhammad SAW. Sungguh kuranglah akan kesempurnaan akhlaq tersebut hingga disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW. Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina muhammadin wa’ala alihi washohbihi wasallam.

Saudaraku yang hati-nya sudah mulai merasakan kehadiran Allah SWT atas muhasabah sederhana ini, kenapa kita masih demikian dibutakannya dengan kedudukan, jabatan, nama yang tenar, dan berharta. Kemudian ketika kita hanya tahu sedikit saja ilmu dunia-pun maka yang muncul dari hati kita adalah-sombong- inilah akabat daripada kekosongan jiwa ini dari didikan yang di-ajarkan Nabi kita Muhammad SAW. kita begitu bangganya hanya karena tahu dan mengerti sedikit ilmu tentang bulan, bumi dan matahari. kemudian kita berteriak kemana-mana seolah kita-lah yang paling pinter, betapapu-pun kita begitu bahagianya akan ilmu dunia. Bahkan tidak banyak dari kita atau ilmuan terdahulu yang menghabiskan umurnya hanya karena mempelajari ilmu dunia yang ia sndiri akan meninggalkan dunia. Hingga mereka ahli dalam bidang itu namun anehnya mereka tidak tahu hanya sekedar siapa yang sahrusnya menjadi tuhan mereka, panutan mereka, mereka jauh daripada ketengan batin, mereka tidak bisa memilih agama yang benar sekalipun, dan tetap dalam agama yang tidak masuk akal serta jauh dari kebenaran. Innalillahi wainna ilaihi riji’un.

Diterangkan oleh guru kami, Al-Ustad Al-Habib Jamal bin Toha Ba’agil, bahwa dalam hadist-nya Rasulullah SAW tidak mengkhawatirkan ummat-nya hidup dalam keadaan miskin, karena itu adalah syiar daripada para Nabi, Nabi kita Muhammad SAW adalah Nabi yang melarat. tapi yang beliau takutkan adalah jika ummat-nya dibentangkan oleh urusan dunia, mereka kaya raya, sibuk mencari dunia (harta) hingga kemudia lupa urusan akhirat, jauh dari Allah dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. naudzubillah.

Namun, seperti yang dterangkan oleh beliau Habib Abdurrahman bin Abdul Qadir Bilfaqih –putra dari seorang waliyullah di malang- bahwa kita tahu dalam Al-Qur’an Nabi sulaiman adalah Nabi yang kaya raya, tapi kekayaan beliau menjadikan beliau tetap dalam ketersambungan hati dengan Allah SWT, tetap dalam jalan lailaha’illallah. Istri beliau banyak namun tetap beliau Nabi Sulaiman bin Daud selalu dalam ingatan kepada Allah, lisan beliau senantiasa berdzikir, tiap hembusan nafas beliau adalah –lailahaillallah-. Hingga di anugerahi oleh Allah kelebihan, kefahaman mengerti bahasa binatang dan semua bagsa jin pada saat itu ta’luk kepada perintah beliau atas izin Allah SWT. Hingga pula diriwayatkan bahwa seandainya tongkat Nabi Sulaiman as tidak habis dimakan rayap kemudia beliau roboh dan tersungkur, maka para jin tidak akan tahu bahwa beliau sudah wafat dan akan terus bekerja untuk beliau. Dalam hadist Nabi SAW mengatakan : "Sebaik-baiknya harta ialah yang berada pada orang yang sholeh." (HR. Bukhari dan Muslim). Ini seperti yang dicontohkan oleh Beliau Nabiyullah Sulaiman bin Daud AS.

Seringkali kecerdasan kita-lah yang membutakan diri kita sendiri. Kepintaran dan kejeniusan kita yang membuat kita bodoh, tidak tahu apa-apa dalam pandangan Allah SWT karena kita tak menggunakan akal dan hati nurani tersebut berada dijalanNya, maka beruntung mereka yang cerdas agamanya, dmudahkan oleh Allah untuk faham agama dan begitu pula faham ilmu dunia, mudahkan kami ya Rabb, amin

Para sahabatku sekalian, kita bahkan tidak tahu kapan ajal kita tiba, kita tidak tahu kapan kita akan meninggalkan dunia ini. Namun kenapa kita masih begitu santainya dalam urusan agama ini. Padahal dalam riwayat kelak mereka para sholihin setelah meninggal dunia, mereka akan menyesal semuanya, karena tidak menggunakan seluruh umurnya dalam kebikan dijalan Allah padahal mereka kita tahu senantiasa dalam kebaikan. Sementara kita yang sudah jelas hampir keseluruhan umur kita jauh daripada ridho-Nya Allah dan RasulNya, jika urusan agama kita terbelakang, jika urusan dunia kita-lah yang terdepan, seperti kita yang akan hidup selamnya. Senantiasa kita sibuk tertawa kesana-kemari bersama teman-teman kita, namun kita lupa menangis dihadapan Allah ta’ala sekalipun hanya seperempat jam saja dalam sholat. Kita sibuk bermain tanpa kita mau dan ingat akan mencari ilmu akhirat, kita lupa mengenal Allah, mencari keridho’an-Nya dan Nabi-Nya Muhammad SAW.

Ingatlah saudaraku !!! jangan sampai kita menangis darah di hari akhir nanti, yang mana semua itu akan sia-sia.

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan : "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat ; didalamnya kamu memproleh apa yang kamu inginkan dan memproleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan bagimu dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (AL-Qur'anulQarim)

Semua itu tak akan berguna lagi, wahai saudaraku. ya Rabb, mampu-kan kami menentukan sebuah pilihan yang karena pilihan itu kami menemukan Hidayah-MU, kami menemukan ridho-Mu didalamnya, kami menemukan rahmat-Mu serta maghfirah-Mu didalamnya hingga membuahkan Engkau kumpulkannya kami bersama kekasih hati kami sayyidina Muhammad SAW di Syurga firdaus-Mu ya Rabb. amin

LEDMA Al-Farabi: Bersama Meraih Kemuliaan