Breaking

logo

Tuesday, May 17, 2016

Apa yang Tersisa setelah Kita Dimakamkan?

Apa yang Tersisa setelah Kita Dimakamkan?


Satu pekan yang lalu kami mendapat kabar kematian. Saudaranya ibu mertua. Saudara dekat, meski jauh secara hubungan darah. Saudara sejak kecil. Sejak mulai merintis bisnis dan menjalani kehidupan pelik di Ibu Kota. Saudara yang bagi mertua kami begitu terasa bak saudara kandung. Saling berbagi dalam suka maupun duka.

Mertua sudah terlebih dahulu hadir di rumah duka. Bahkan, beliau merupakan orang yang terakhir ditunggu oleh almarhumah di ruang ICU sebuah rumah sakit di bilangan Tangerang Banten. “Setelah Mamah datang, langsung minta maaf dan mengatakan bahwa Mamah juga sudah memaafkan semua kekeliruan yang mungkin beliau lakukan.” tutur Mamah.

“Mata beliau berkaca-kaca. Keluar air mata. Tak lama setelah itu, beliau meninggal dunia.” pungkas Mamah menuturkan, beberapa hari setelah kejadian.

Ketika kami tiba di rumahnya, jenazah sudah rapi disiapkan. Hanya menunggu satu anak yang tengah menempuh perjalanan dari Inggris. Menempuh pendidikan pascasarjana. Memang agak lama. Tapi demikianlah kesepakatan yang dibuat oleh keluarga dan mungkin juga disepakati oleh almarhumah.

Ibu mertua langsung meminta saya memimpin shalat jenazah. Beliau, istri, dan beberapa anak perempuan almarhumah turut menjadi makmum. Termasuk para menantunya.

Susana hening seketika. Tatkala kami membaca doa memohon ampun untuk almarhumah dan kami semua. Tak banyak yang kami lantunkan. Hanya permohonan ampun yang diulang-ulang hingga mata ini turut berkaca-kaca. Menahan haru.

Tak lama selepas itu, kami pamitan. Ada banyak kegiatan yang wajib diselesaikan.

Beberapa hari setelah itu, Ibu mertua pulang ke rumah. Beliau membantu di rumah duka hingga hari kelima, pulang, dan kembali di hari ketujuh.

Kami tidak ingin berdebat terkait hukum dari mendoakan jenazah yang sudah masyhur di kalangan masyarakat Indonesia ini. Kami hanya ingin sedikit berbagi tentang kesaksian yang disampaikan oleh Ibu mertua tentang almarhumah.

Wanita yang memiliki ratusan karyawan ini menjalani hidup dengan baik, insya Allah. Saban bulan, ada puluhan anak yatim di sekitar tempat tinggalnya yang disantuni. Rutin. Betapa amalan ini menjadi amat mulia, sebab Nabi menjanjikan bahwa para penyantun anak yatim akan berada di surga bersama beliau, seperti jari telunjuk dan jari tengah.

Selain itu, beliau meninggal dunia tanpa memiliki hutang. Bahkan, ada banyak orang yang masih berhutang kepadanya dalam jumlah yang tidak kecil, dari ratusan ribu hingga puluhan bahkan ratusan juta.

Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, kasihanilah dia, maafkanlah dia. Aamiin.

Wallahu a’lam.

Sumber : http://kisahikmah.com/

LEDMA Al-Farabi: Bersama Meraih Kemuliaan