Breaking

logo

Friday, April 22, 2016

Kiat Wujudkan Keinginan menurut Ibnu Athailah as-Sakandari

Kiat Wujudkan Keinginan menurut Ibnu Athailah as-Sakandari


Dalam hidup yang singkat ini, masing-masing kita pasti memiliki banyak keinginan atau pencapaian sebagai salah satu parameter keberhasilan. Banyak di antara mereka yang berhasil sebab menetapkan keinginan dengan benar, dan tepat dalam menempuh cara pencapaiannya. Pun, tak sedikit yang gagal sebab salah menetapkan keinginan dan menempuh jalur yang tidak benar.

Keinginan erat kaitannya dengan latar belakang, asupan wawasan, lingkungan tempat seseorang bertumbuh, agama, dan faktor lain; dari dalam maupun luar dirinya. Banyak pula di antara keinginan itu yang memang asasi, ambisius, bahkan terkesan dibuat-buat sehingga mempersulit dirinya.

Karenanya, sebagai salah satu identitas kemusliman kita, satu-satunya keinginan yang dibenarkan adalah bisa melakukan semua perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan semua yang dilarang oleh-Nya. Inilah keinginan seorang mukmin sejati, dan tak ada lagi yang lebih layak untuk diingini olehnya.

Maka cabangnya adalah semua sarana yang bisa memudahkan dalam mewujudkan keinginan utama sebagai seorang hamba kepada Rabbnya itu. Baik terkait sarana yang bersifat psikis, langkah-langkah praktis, maupun materi berupa benda dan harta.

Tentu, perlu dipahami bahwa sarana tetaplah sarana. Jangan sampai salah fokus hingga sarana bergeser menjadi tujuan dan dikejar hingga tetes darah terakhir.

Terkait cara mewujudkan keinginan yang dibenarkan, ada nasihat indah dari Ibnu Athailah as-Sakandari sebagaimana dikutip Mas Udik Abdullah dalam Bagai Mengukir di Atas Air. Beliau yang menjadi guru spiritual kaum muslimin di berbagai belahan bumi ini menyebutkan kiat agar keinginan terwujud, dan hal yang harus dihindari sebab menghambat terwujudnya keinginan itu.

“Apa yang menjadi keinginanmu tidak akan kandas jika kau mengejarnya dengan Tuhanmu. Apa yang kau inginkan menjadi tidak mudah didapat jika engkau mengejarnya dengan dirimu sendiri.”

Libatkan Allah Ta’ala. Mintalah pertolongan dari-Nya. Sampaikan keinginan muliamu untuk taat kepada-Nya, dan jauhi semua larangan-Nya. Mohonlah agar Dia menjauhkan diri yang lemah ini dari fitnah, dosa, dan seluruh sarana menuju maksiat.

Sampaikan kelemahan dirimu di hadapan-Nya. Jujur, katakanlah, “Tiada yang bisa menguatkan kita, kecuali Dia yang Mahakuat. Tiada yang sanggup menolong dan melindungi diri nan lemah tak berdaya ini, kecuali Dia yang Maha Menolong dan sebaik-baiknya Pelindung.”

Hanya dengan itulah, kita akan menjadi hamba yang sukses dunia dan akhirat. Dan, janji celaka adalah kepastian saat kita mengandalkan diri sendiri dan menafikan Allah Ta’ala. Sifat itu adalah satu di antara bentuk kesombongan seorang hamba yang lemah kepada Rabb semesta alam yang Mahadigdaya. Semoga Bermanfaat !

Sumber : http://kisahikmah.com/

LEDMA Al-Farabi: Bersama Meraih Kemuliaan