Breaking

logo

Friday, April 4, 2014

Slilit Sang Kiai

Slilit Sang Kiai



Slilit Sang Kiai
Oleh: Disadur dari Buku “Slilit Sang Kiai” karangan Emha Ainun Nadjib
Mistiya Lestari (Jama'ah LEDMA Al-Farabi)

Dikisahkan dari seorang kiai yang fulan yang mashyur, berakhlak baik, berbudi luhur dan ilmu yang tak diragukan lagi. sederhananya beliau adalah orang yang sangat baik dalam segala hal dan patut menjadi tauladan bagi semua orang.
Suatu hari beliau diundang untuk menghadiri kenduri di rumah seorang tetangga yang tak jauh dari pondok pesantrennya. Dengan mengajak salah seorang santrinya beliau pun berangkat untuk menghadiri kenduri tersebut. Setelah selesai mengisi acara kenduri tersebut beliau pun disuguhi dengan berbagai makanan yang siap untuk disantap. Dengan senang hati sang kiai itu pun memakan hidangan yang telah diberikan oleh pemilik rumah. Beliau pun menyambut suguhan yang diberikan dengan senang hati. Namun setelah selesai memakan hidangan, beliau merasa ada yang mengganggu disela-sela giginya. Rupanya ada daging yang menyelilit digigi beliau, padahal beliau sudah berusaha menghilangkan slilit tersebut tapi nampaknya slilit itu begitu membandelnya karena memang tak ada alat yang bisa digunakan untuk untuk membersihkannya.

Setelah acara selesai, beliau pun pulang bersama dengan santrinya. Dalam perjalan pulang beliau melewati kebun yang berpagar bambu. Karena sisa daging tersebut masih tertancap di gigi dan terasa mengganggu maka sang kiai pun meminta santrinya untuk menyobek sedikit pagar bambu tersebut untuk membersihkan slilit yang menempel.

Hari-hari pun berjalan dengan begitu cepat. Sampai pada akhirnya kiai itu pun meninggal dunia. Semua santri bahkan masyarakat sekitar merasa sangat sedih dan kehilangan. Suatu hari seorang santri pergi untuk berziarah ke pamakaman kiainya itu dan tak sengaja tiba-tiba ia tertidur dan bermimpi bertemu dengan sang kiai.

“Assalamu’alaykum! Bagaimana kabar pak yai? Kok sepertinya pak yai kurang baik kelihatannya. Bukankah pak kiai adalah orang yang ahli ibadah, tapi kenapa pak kiai terlihat menderita?”
Dilihatnya sang kiai dalam keadaan yang mengenaskan. Dengan tubuh penuh luka dan kurus.
“Wa’alaykumsalaam! Iya, saya disiksa kerana saya lalai untuk meminta ijin kepada pemilik pagar bambu. Saya belum meminta ijin dan agaknya beliau tak menghalakannya. Tolong, jika engkau pulang mintalah kepada pemilik pagar bambu itu untuk menghalalkan bambunya yang telah saya curi dan sampaikan ma’af saya kepada beliau.”

Setelah itu tak berapa lama kemudian sang santri terbangun dari tidurnya, dan langsung ia sampaikan pesan dari kiainya kepada pemilik pagar tersebut. Pemilik pagar itu pun mengijinkan dan memafkan kesalahan sang kiai. Beberapa hari kemudian santri itu pun bermimpi bertemu dengan kiainya itu lagi. Namun, ada yang berbeda kiai yang semula berbadan penuh luka dan kurus kini beliau terlihat sangat baik tak ada luka sedikit pun dan tubuhnya bersinar seperti cahaya.

Maka aku berpikir. Itu hanyalah sepotong bambu kecil yang tak memperoleh ijin. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menjarah ribuan kayu-kayu hingga bertru-truk banyaknya?

Wallahu’alam Bishawab

_Sketsa Langit

LEDMA Al-Farabi: Bersama Meraih Kemuliaan