Breaking

logo

Friday, October 31, 2014

Sabar Tanpa Pagar

Sabar Tanpa Pagar

Sabar Tanpa Pagar
Malam Jumat berkah. Hari ini, mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat. Ilmu yang saya dapatkan di sebuah majelis ilmu yang tanpa saya rencanakan untuk menghadirinya. Kenapa tidak saya rencanakan? Yaa, karena sore tadi selepas saya pulang dari trans7 sekitar pukul lima, ternyata pintu kos yang saya tumpangi (numpangan kok.. hehe) belum dibuka alias terkunci. Ya sudah, saya balik nunggu di Masjid deket kos Jl. Mampang Raya 6, Jaksel. Saya menunggu hingga maghrib dan akhirnya berjamaah disitu. Selepas maghrib, saya mencoba kembali ke kos kakak kelas, berharap sudah ada yang pulang. Eh, ternyata nihil. Pintu masih terkunci rapat. Hemm,, saya balik jalan jalan dengan tujuan yang tak jelas. Setelah berjalan jauh meninggalkan tempat kos, terdengarlah suara sebuah majelis ilmu dari arah timur. Sejak saat itu, saya putuskan untuk menghadiri majelis tersebut. Saya cari sumber suara tersebut. Jauh… Jauh banget… sampai akhirnya suara semakin terdengar jelas. Dan Alhamdulillah, ketemulah masjid yang ngadain majelis tersebut. Masjid Al Istiqomah, Tegal Parang, Jaksel. Langsung, saya duduk mengikuti dengan khidmat.

Malam itu, ternyata sedang pengajian kitab. Ndak tau kitab apa namanya (karena datang telat). Hehe, namun, tema malam itu tentang kesabaran (loh, kok pas karo kondisi…hehehe). Kisah yang diceritakan malam itu, mengenai Abu Thalhah dan Ummu SUlaim dengan kisah kesabarannya. Berikut kisahnya : Dikisahkan, suatu hari anak Ummu Sulaim meninggal dunia. Hari itu bertepatan dengan kepulangan suaminya, Abu Thalhah, dari berperang di jalan Allah. Melihat suaminya akan segera tiba di rumah, Ummu Sulaim berpesan kepada keluarganya, “Jangan kalian ceritakan kepada Abu Thalhah tentang kematian anaknya, biarlah aku sendiri yang akan menyampaikannya.”

Tatkala Abu Thalhah datang, dengan segera Ummu Sulaim menyambutnya dan menghidangkan makan malam kepadanya, sehingga Abu Thalhah pun makan dengan kenyang. Kemudian Ummu Sulaim berhias dan berdandan dengan dandanan yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Sampai akhirnya, keduanya berhubungan badan pada malam tersebut.

Setelah yakin bahwa suaminya sudah puas dengan pelayannya, dengan sangat hati-hati ia berkata, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu jika ada suatu kaum yang meminjam barang kepada seseorang kemudian pada suatu waktu pemilik barang tersebut memintanya kembali, bolehkah mereka menolak permintaan tersebut?” Abu Thalhah menjawab, “Tentu tidak boleh.” Ummu Sulaim berkata, “Begitu juga yang terjadi pada anakmu, ia telah diminta oleh Yang Meminjamkannya.” Mendengar kabar tersebut, Abu Thalhah marah dan berkata, “Engkau biarkan aku dalam keadaan demikian dan baru engkau kabarkan tentang keadaan anakku.”

Melihat kemarahan suaminya, Ummu Sulaim langsung meminta maaf, seraya menjelaskan bahwa dia melakukan semua itu karena tidak mau membebani pikiran suaminya yang masih lelah karena baru saja pulang berjihad di jalan Allah. Keesokan harinya, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah untuk mengadukan persoalan yang dihadapinya.

Mendengar penuturan Abu Thalhah, Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah memberkahi kalian berdua di malam tersebut.” Maka Ummu Sulaim mengandung. Dan sejak itulah, Abu Thalhah dan Ummu Sulaim dikaruniai oleh Allah sembilan orang anak yang semuanya hafal Al-Qur`an.
Dari kisah tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa Ummu Sulaim adalah sosok perempuan yang penyabar. Kesabarannya telah membuat dia selalu sadar akan ketentuan Allah, maka ketika musibah menimpanya (anaknya meninggal dunia), dengan sabar ia masih bisa mengontrol emosinya, sehingga tidak mudah mengeluh kepada siapa pun dan menyalahkan diri sendiri atau nasib yang menimpanya. Menghadapi ujian memang membutuhkan kesabaran, sama halnya dengan menjalankan ketaatan kepada Allah.

Hadist Kisah ini
Dari Anas ra., ia berkata: “Abu Thalhah mempunyai anak yang sedang sakit. Sewaktu Abu Thalhah pergi, anaknya meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang. Ia bertanya: “Bagaimana kondisi anak kita?” Ummu Sulaim menjawab: “Anak kita lebih tenang.” Kemudian istrinya menghidangkan makanan lalu Abu Thalhah pun makan. Selesai makan, istrinya berkata: “Kuburkanlah anak itu!” Kemudian pada pagi harinya, Abu Thalhah datang kepada Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu. Beliau bertanya: “Apakah tadi malam kamu bercampur dengan istrimu?” Abu Thalhah menjawab: “Ya.” Kemudian Rasulullah SAW mendoakan keduanya: “Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memberkahi keduanya.” Beberapa bulan kemudian, istrinya melahirkan bayi laki-laki. Kemudian Abu Thalhah menyuruhku (Anas) untuk membawa bayi itu kepada Nabi SAW dengan menyertakan beberapa kurma.”

Setelah sampai di hadapan Nabi SAW, beliau bertanya: “Adakah sesuatu yang disertakan bersama bayi ini?” Ia menjawab: “Ya, beberapa buah kurma.” Beliau mengambil kurma-kurma itu, dan dikunyah sampai halus, kemudian diambil kembali dari mulut beliau lalu dimasukkannya ke dalam mulut bayi itu. Ia diberi nama Abdullah. (HR. Bukhari no.5470 dan Muslim no.2144)
Didalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan, Ibnu Uyainah berkata: Ada seorang sahabat Anshor yang berkata: “Aku melihat kesembilan anak yang kesemuanya telah pandai membaca Al-Quran. Salah seorang diantaranya adalah Abdullah.”

Info Tambahan :
Siapakah Ummu Sulaim ?
Ummu Sulaim adalah ibunda Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terkenal keilmuannya dalam masalah agama. Selain itu, Ummu Sulaim adalah salah seorang wanita muslimah yang dikabarkan masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau termasuk golongan pertama yang masuk Islam dari kalangan Anshar yang telah teruji keimanannya dan konsistensinya di dalam Islam. Kemarahan suaminya yang masih kafir tidak menjadikannya gentar dalam mempertahankan aqidahnya. Keteguhannya di atas kebenaran menghasilkan kepergian suaminya dari sisinya. Namun, kesendiriannya mempertahankan keimanan bersama seorang putranya justru berbuah kesabaran sehingga keduanya menjadi bahan pembicaraan orang yang takjub dan bangga dengan ketabahannya.

Demikian ilmu yang bisa saya dapatkan malam itu, semoga menjadi bahan tambahan ilmu bagi kita “Rabbi zidni ‘ilma”. Semoga bermanfaat
Referensi Kisah:
http://majelissalam.blogspot.com/2013/05/sabar-kisah-abu-thalhah-dan-ummu-sulaim.html
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/hikmah/allsub/1278/perempuan-memiliki-kesabaran-dalam-menghadapi-ujia.html
http://muslimah.or.id/kisah/kisah-mahar-paling-mulia.html

LEDMA Al-Farabi: Bersama Meraih Kemuliaan