Breaking

logo

Monday, August 29, 2016

Ketika Dakwah Tak Diterima, Jangan Bersedih !

Ketika Dakwah Tak Diterima, Jangan Bersedih !

Ketika Dakwah Tak Diterima, Jangan Bersedih !

SETIAP muslim memiliki kewajiban untuk melakukan amar makruf dan nahi munkar. Berarti ia harus mengarahkan orang lain dan mencegah dari kemungkaran. Dan salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan berdakwah. Ya, dakwah merupakan sarana menyampaikan informasi, yang dalam hal ini mengenai pengajakan untuk selalu dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di depan umum.

Sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah ﷺ, berdakwah tentu selalu ada rintangannya. Tantangan demi tantangan akan ia hadapi. Apalagi jika dakwah itu dilakukan di kalangan orang-orang yang memang tidak paham mengenai Islam dan syariatnya. Tentu cukup sulit baginya untuk mengarahkan orang lain pada kebaikan. Salah satu halnya ialah dakwah tidak diterima.

Janganlah bersedih jika dakwah Anda tidak diterima, wahai para dai, orang yang mengajak kepada Allah. Karena jika Anda telah melakukan kewajiban Anda, berarti Anda telah terbebas dari tanggungan, dan perhitungan hisabnya kembali kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya ﷺ,

(لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ (22) إِلَّا مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ (23) فَيُعَذِّبُهُ اللَّهُ الْعَذَابَ الْأَكْبَرَ (24) إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)

“Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Tetapi barangsiapa berpaling dan kafir, Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sungguh kepada Kami-lah mereka kembali. Lalu sungguh kewajiban Kami-lah membuat perhitungan hisab mereka,” (QS. Al-Ghosyiah: 22-26).

Oleh karena itu, wahai para dai yang mengajak kepada Allah, janganlah bersedih jika perkataan Anda dicampakkan, atau tidak diterima di kesempatan pertama, karena Anda telah menunaikan kewajiban Anda.

Tapi ingatlah, bahwa jika Anda mengatakan kebenaran karena mengharap ridho Allah, maka perkataan itu harus punya pengaruh, walaupun perkataan itu dicampakkan di depan Anda. Tapi perkataan itu harus punya pengaruh, sebagaimana ada ibroh dalam kisah Musa –Alaihissalam– bagi para dai yang mengajak kepada Allah.

Perkataan yang benar, haruslah memiliki pengaruh, namun bisa jadi pengaruhnya langsung, bisa jadi pengaruhnya datang belakangan. Wallohul muwaffiq.

Sumber : www.islampos.com

LEDMA Al-Farabi: Bersama Meraih Kemuliaan